Silahkan Pilih Warna Latar Blog ini Sesuai Dengan kenyamanan Yang Anda Suka
 photo animated_favicon_zpsb3f0fb43.gif  photo animated_favicon_zpsb3f0fb43.gif  photo animated_favicon_zpsb3f0fb43.gif  photo animated_favicon_zpsb3f0fb43.gif  photo animated_favicon_zpsb3f0fb43.gif

Jumat, 20 September 2013

Bayi Sungsang

TEORI

Pengertian Kehamilan Sungsang
Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis.
Bentuk-Bentuk Letak Sungsang
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk letak sungsang sebagai berikut :


A. Letak Bokong Murni
1. Teraba bokong
2. Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
3. Kedua kaki bertindak sebagai spalk

B. Letak Bokong Kaki Sempurna
1. Teraba bokong
2. Kedua kaki berada di samping bokong

C. Letak Bokong Tak Sempurna
1. Teraba bokong
2. Disamping bokong teraba satu kaki

D. Letak Kaki
1. Bila bagian terendah teraba salah satu dan atau kedua kaki atau lutut
2. Dapat dibedakan letak kaki bila kaki terendah ; letak bila lutut terendah

Penyebab letak sungsang dapat berasal dari
1. Sudut Ibu
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan

b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa

c. Keadaan jalan lahir
1) Kesempitan panggul
2) Deformitas tulang panggul
3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut janin

Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas

Mekanisme persalinan letak sungsang
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung sebagai berikut :
a) Persalinan bokong
b) Persalinan bahu
c) Persalinan kepala

Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putaran paksi dalam sehingga trochanter depan berada di bawah simfisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion akan lahir trochanter belakang dan selanjutnya seluruh bokong lahir untuk melakukan putaran paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putaran paksi dalam sehingga suboksiput berada di bawah simfisis. Suboksiput menjadi hipomuklion, berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka dan kepala seluruhnya. Persalinan kepala mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir. Melampaui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan /kematian bayi.

Diagnosa kedudukan

1. Pemeriksaan abdominal
a. Letaknya adalah memanjang.
b. Di atas panggul terasa massa lunak mengalir dan tidak terasa seperti kepala. Dicurigai bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot paha teregama di atas tulang-tulang dibawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan menyebabkan kesalahan diagnostic.
c. Punggung ada di sebelah kanan dekat dengan garis tengah bagian-bagian kecil ada di sebelah kiri, jauh dari garis tengah dan di belakang.
d. Kepala berada di fundus uteri. Mungkin kepala cukup diraba bila kepala ada di bawah tupar/iga-iga. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari paha bokong dan kadang-kadang dapat dipantulkan (Balloffablle) dari pada bokong uteri teraba terasa massa yang dapat dipantulkan harus dicurigai presentasi bokong.
e. Tonjolan kepala tidak ada bokong tidak dapat dipantulkan

2. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus dan pada sisi yang sama pada punggung. Pada RSA (Right Sacrum Antorior) denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadrat kanan atas perut ibu kadang-kadang denyut jantung janin terdengar di bawah umbilicus

3. Pemeriksaan vaginal
1) Bagian terendah teraba tinggi
2) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis sutura dan fantenella. Hasil pemeriksaan negatif ini menunjukkan adanya mal presentasi.
3) Bagian terendahnya teraba lunak dan ireguler. Anus dan tuber ichiadicum terletak pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka.
4) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan teraba oleh jari-jari pemeriksa. Ia dapat dikelirukan dngan kepala oleh karena tulang yang keras.
5) Sakrum ada di kuadran kanan depan panggul dan diameter gitochanterika ada pada diameter obligua kanan.
4. Pemeriksaan Sinar X
Sinar X menunjukkan dengan tepat sikap dan posisi janin, demikian pula kelainan-kelainan seperti hydrocephalus.

Prosedur persalinan sungsang secara spontan :
1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak berbahaya.
2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).


Prosedur Persalinan Bayi Sungsang
Langkah klinik
1. Persetujuan tindakan medik
2. Persiapan Pasien :
a) Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan
b) Mengosongkan kandung kemih , rektum serta membersihkan daerah perenium dengan antiseptic

Instrumen :
a) Perangkat untuk persalinan
b) Perangkat untuk resusitasi bayi
c) Uterotonika (Ergometrin maleat, Oksitosin)
d) Anastesi lokal (Lidokain 2%)
e) Cunam piper, jika tidak ada sediakan cunam panjang
f) Semprit dan jarum no.23 (sekali pakai)
g) Alat-alat infus
h) Povidon Iodin 10%
i) Perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomi

Persiapan Penolong
a) Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung
b) Cuci tangan hingga siku dengan di bawah air mengalir
c) Keringkan tangan dengan handuk DTT
d) Pakai sarung tangan DTT / steril
e) Memasang duk (kain penutup)
4.Tindakan Pertolongan Partus Sungsang
a) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit.
b) Intruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his.
c) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul, lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.

Melahirkan bayi :
I. Cara Bracht
1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).
2) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
3) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
4) Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di bawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
5) Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
6) Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi, tali pusat dipotong.

II. Cara Klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan Bracht baht dan tangan tidak bisa lahir.
Prosedur :
1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
2) Tali pusat dikendorkan.
3) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
a. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang.
b. Dengan tanggan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi yang berada di belakang.
4) Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.
5) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.

III. Cara Muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.
Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan.
Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan lengan belakang.

IV. Cara Lovset
 (a) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan. Memutar bayi 180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang muchal.
(b) Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau Muller.

Cara Melahirkan Kepala Bayi
Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan Bracht kepala belum lahir).
1) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah memegang kuda (Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas tangan kanan).
2) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
3) Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
5) Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau mulut



DAFTAR PUSTAKA
http://bidanshop.blogspot.com/2009/12/persalinan-letak-sungsang.html
Prawirohardjo, Sarwono;2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal.Jakarta,JNPKKR_POGI.

Kamis, 19 September 2013

IMUNISASI

PEMATERI

Pengertian
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda.  Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap  penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.  Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang. Apa yang seharusnya diketahui oleh setiap keluarga dan masyarakat mengenai imunisasi ?. Tanpa Imunisasi, Kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak. 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakir-penyakit tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia di masyarakat, tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap. Bilamana fasilitas pelayanan kesehatan tidak dapat memberikan Imunisasi dengan pertimbangan tertentu, orang tua dapat menghubungi seseorang Dokter (Dokter Spesialis Anak) untuk mendapatkannya.

Imunisasi yang diwajibkan
Vaksinasi
Jadwal Pemberian-Usia
Booster/Ulangan
Imunisasi Untuk Melawan
BCG
Waktu lahir
--
Tuberkulosis
Hepatitis B
Waktulahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.
Hepatitis B
DPT dan Polio
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio
campak
9 bulan
--
Campak

Imunisasi yang dianjurkan:
Vaksinasi
Jadwal Pemberian-Usia
Booster/Ulangan
Imunisasi Untuk Melawan
MMR
1-2 tahun
12 tahun
Measles, meningitis, rubella
Hib
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
18 bulan
Hemophilus influenza tipe B
Hepatitis A
12-18bulan
--
Hepatitis A
Cacar air
12-18bulan
--
Cacar air

Tujuan  Imunisasi:
Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.

Manfaat Imunisasi:
(1)   Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
(2)   Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
(3)   Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

Perlukah Imunisasi ulang?
Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap melindungi terhadap paparan bibit penyakit.
Tempat  mendapatkan imunisasi
(1)   Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
(2)   Di Puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, BKIA atau Rumah Sakit Pemerintah.
(3)   Di Praktek Dokter/Bidan atau Rumah Sakit Swasta.
Apakah Imunisasi Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus (DPT) dapat diberikan bersama-sama Imunisasi polio?
Imunisasi DPTdan polio dapat diberikan bersamaan waktunya.

Efek samping Imunisasi:
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yan membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat. Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:

BCG:
 Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan. Setelah 2 – 3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ± 10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.

DPT:
Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan Imunisasi tidak perlu diulang.

POLIO: Jarang timbuk efek samping.
CAMPAK:  Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4 – 10 hari sesudah penyuntikan.

HEPATITIS:
 Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.
Perlukah pemerikasaan darah sebelum pemberian Imunisasi Hepatitis?
Untuk bayi berumur lebih dari 1 tahun seyogyanya dilakukan pemerikasaan darah.

TETANUS TOXOID: Efek samping TT untuk ibu hamil tidak ada. Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan dari pada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.
Untuk apakah Imunisasi ini?
Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan Imunisasi Imunisasi adalah bayi dan balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan ibu-ibu hamil serta wanita usia subur.

Imunisasi Dasar

Imunisasi Dasar diberikan untuk mendapat kekebalan awal secara aktif. Kekebalan Imunisasi Dasar perlu diulang pada DPT, Polio, Hepatitis agar dapat melindungi dari paparan penyakit.
Pemberian Imunisasi Dasar pada Campak, BCG, tidak perlu diulang karena kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari paparan bibit penyakit dalam waktu cukup lama.
(dari berbagai sumber)

Jurnal D3 Mala


RELATIONSHIP KNOWLEDGE FEMALE ADOLESCENCE WITH SECONDARY DISMENORRHEA IN SMA DHARMAWANGSA
MEDAN 2011


NURMALA

ABSTRACK

            World health organizatioan (WHO) describe that is grade fenomena dismenorrhea very big in the world. Mean is more of 50% women every country feel dismenorrhea. In United States of America prediction almost 90% women feels dismenorrhea, and 10-15% between feel heavy dismenorrhea, which cause they can’t do of any kind activity. From the first survey can by researcher that 8 females adolescence between 5 know about Secondary Dismenorrhea
This research is correlation study with use primary data and secondary data. Primary data obtained from questionare result, and secondary data obtained result of processing. The research population is female adolescence account 150 respondents. Sample is taking 50 respondents with use quota sampling.
            From research of result can know that respondent who has good knowledge 29 female adolescence, has enough knowledge 11 female adolescence, while lack knowledge 10 female adolescence.
            From result of this research concluded that knowledge female adolescence with secondary dismenorrhea in SMA Dharmawangsa Medan 2011 already category to the mayority goog knowledge. It’s recommended to female adolescence in order to mere in add knowledge and source of information more understanding medical especially women of reproduction medical.

Keywords              : Knowledge, Secundary, Dismenorhea

Pendahuluan



Menstruasi atau yang biasa kita kenal dengan istilah haid adalah kejadian alamiah yang terjadi pada wanita normal. Hal ini terjadi karena terlepasnya lapisan endometrium uterus. Haid biasanya terjadi setiap bulan (dengan siklus setiap orang berbeda, ada yang 28 hari, ada pula yang kurang atau bahkan lebih dari itu) antara usia remaja sampai  menopause. Selama menstruasi, darah dan lapisan yang terbentuk pada dinding  rahim mengalir keluar melewati vagina, termasuk juga sel telur yang mati karena tidak dibuahi oleh sperma. Jumlah darah haid yang keluar pada setiap wanita pun berbeda, namun umumnya antara 25-60 ml (Andira, 2010).
World health organizatioan (WHO) menerangkan bahwa angka kejadian nyeri haid di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri haid. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenorea, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenorea berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008). Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena dismenorea primer (Schwarz, 1989).
Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36 % dismenorea sekunder. Di Surabaya di dapatkan 1,07 % - 1,31 % dari jumlah penderita dismenorea datang kebagian kebidananan (Harun Riyanto,2008).
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : pada hari ke-1 sampai ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang merangsang hormon FSH. Pada waktu tersebut, sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang halpoid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu mentruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus. Selain itu, LH merangsang yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (corpus luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometrium terhenti, endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadinya  perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena itu tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses oogenesis kembali (Proverawati, 2009).
Menstruasi adalah proses pengeluaran darah dari uterus di sertai serpihan selaput dinding uterus pada wanita dewasa yang terjadi secara periodik, keadaan ini memebutuhkan keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron secara bergantian (Maulana, 2009).
Dismenorea disebabkan karena kontraksi rahim atau iskemia otot rahim dan lepasnya dinding rahim akibat prostaglandin. selain itu, bisa juga karena faktor hormonal, psikis, atau bahkan kecemasan yang berleihan (Winaris, 2010).
Berdasarkan banyaknya perdarahan dapat di kategorikan normal (menghabiskan 2–3 pembalut), Hipermenorhoe (menghabiskan 5–6 pembalut), Hipomenorhoe (menghabiskan< 2 pembalut). Sedangkan kelainan kelainan dalam lamanya perdarahan di kategorikan  normal (3–6), Menoragia (>6 hari), Metroragia (perdarahan di luar siklus haid) (Srikusuma, 2009).
Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenorea, dan 10% mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukan istirahat di tempat tidur, wanita dengan dismenorea mempunyai lebih banyak libur kerja dan persentasinya kurang begitu baik di sekolah dari pada wanita yang tak terkena, puncak umum insidensi adalah 20 sampai 24 jam (Hacker, 2001).
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti, 2009).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti terhadap 8 siswi putri di SMA Dharmawangsa Medan tahun 2011, terdapat 5 (10%) orang siswi yang mengetahui tentang dismenorea sekunder. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Dengan Dismenorea Sekunder Di SMA Dharmawangsa Medan Tahun 2011”.
Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi pada setiap orang yang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pendengaran, penciuman rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010)
Remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunnjukkan masa dari awal puberitas sampai tercapainya kematangan, biasanya di mulai dari usia 14 tahun pada  pria dan usia 12 tahun pada wanita. Transisi ke masa dewasa memang bervariasi , namun secara umum didefenisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua meraka (Misarah, 2009).
Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, di sertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Sarwono, 2005). Mentruasi dalah perdarahan akibat runtuhnya dinding lapisan dalam Rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa saling berkaitan, yang bertujuan mempersiapkan Rahim menampung sel telur yang di buahi. Bila kehamilan tidak terjadi, dinding yang sudah di persipkan akan mengelupas (Derek, 2005).
Menstruasi adalah perdarahan secara periodi dan siklik dari uterus, di sertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa poliferasi, masa ovulasi, masa sekresi, dan masa haid. Dalam proses ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Proverawati,  2009).
Dari hasil yang pernah di teliti menurut Utama (2008) Dismenorea atau nyeri haid merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Nyeri haid ini timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu gejala mulai dari nyeri yang ringan sampai beratpada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik pada sisi medial paha.
Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram dan terjadi selama menstruasi. Dismenorea primer terjadi jika tidak ditemukan penyebab yang mendasarinya dan dismenorea sekunder terjadi jika penyebabnya adalah kelainan kandungan (Maulana, 2009).
Penyebab dismenorea antara lain ialah terjadinya kontraksi rahim atau iskemia otot rahim dan lepasnya dinding rahim akibat peningkatan prostaglandin. Selain itu, bisa juga nyeri haid haid karena faktor formonal, psikis,atau bahkan kecemasan yang berlebihan (Winaris, 2010).
Selama dua hari sebelum haid dimulai, sebanyak wanita merasa tidak enak badan. Mereka mengalami pusing-pusing, perut kembung, letih atau mudah tersinggung dan mungkin merasakan tekanan didaerah pinggul. Pada umumnya gejala hilang ketika haid (Jones, 2005).
Dismenorea primer adalah timbul sejak haid pertama dan akan pulih dengan sendirinya dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi Rahim setelah menikah dan melahirkan. Pada umumnya nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh factor psikis dan fisik dan seperti stres, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh menurun (Imam, 2010).
     Dismenore sekunder ini sangat jarang terjadi. Biasanya, terjadi pada wanita yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada 25% wanita yang mengalami dismenorea (Andira, 2010).


Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan studi kolerasi yaitu untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri dengan Dismenorea Sekunder Di SMA Dharmawangsa Medan Tahun 2011.
Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Dharmawangsa Medan Tahun 2011 mulai dari april-juli 2011.
Populasi adalah seluruh objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas XI IPA yang berjumlah  150 orang di SMA Dharmawangsa Medan.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 50 responden atau dengan menggunakan quota sampling yang diambil dari kelas XI IPA I dan XI IPA II.
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari keterangan secara langsung dan dengan memberikan kuesioner kepada responden.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari SMA Dharmawangsa Medan.

Hasil penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa  dari 50 responden di SMA Dharmawangsa Medan Tahun 2011 mayoritas remaja berpengetahuan baik yaitu sebanyak 29 responden (58%), dan berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 11 responden (22%), sedangkan minoritas remaja berpengetahuan kurang sebanyak 10 responden (20%).
Berdasarkan tabel tabulasi tersebut di atas, diketahui bahwa mayoritas yang berpengetahuan baik terdapat sebanyak 29 responden (58%) dengan19 responden (38,0%) tidak terjadi dismenorea sekunder, dan 10 responden (20,0%) terjadi dismenorea sekunder. Sedangkan minoritas yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 10 responden (20%) dengan responden terjadi dismenorea sekunder 10 responden (100%).

Kesimpulan

a.       Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan putri dengan Dismenorea Sekunder dengan nilai signifikansinya 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti hipotesa diterima (α < 0,05 = Ha).
Saran

a.        Bagi Pendidikan Kebidanan Perlunya diberikan penekanan materi tentang pengetahuan mestruasi dan  dismenorea sekunder sehingga mahasiswa dapat turut campur dalam memberikan pengetahuan kepada remaja untuk mensukseskan program kesehatan reproduksi.
b.       Bagi Tempat Penelitian
Lebih meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri tentang kesehatan reproduksi khususnya pengetahuan tentang dismenorea sekunder.
c.        Bagi Remaja
Diharapkan kepada remaja putri agar untuk lebih meningkatkan pengetahuannya dalam kesehatan reproduksi serta aktif dalam menghadapi dan mencari informasi tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi terutama Dismenorea Sekunder dan bagi remaja putri yang mengalami dismenorea agar lebih memperhatikan umur pertama kali mengalami dismenorea sekunder, karena semua itu ada hubungannya dengan tingkatan  dismenorea.
d.       Bagi Penelitian Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih mengetahui dan dapat menambah informasi mengenai kesehatan reproduksi, agar lebih mengembangkan dan meneliti variabel-variabel yang lain untuk mendapat hasil yang lebih baik.
e.        Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan informasi yang lebih lengkap kepada para remaja putri. Agar remaja putri lebih mengetahui ilmu pengetahuan tentang kesehatan.


Daftar Pustaka
Andira, D. 2010. Seluk beluk kesehatan reproduksi wanita.Jogjakarta: A Plus Books.
Aulia. 2009. Kupas tuntas menstruasi. Jakarta. Millestone.
Bashiruddin, J. 2008. Masalah Gangguan Haid Dan Infertilitas. Jakarta: FK-UI.
Baradeso, M. DKK. 2006. Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan Seksual, Jakarta:
 EGC.
Boeree, G. 2008. (General Psikologis, JAKARTA: EGC.
Jones, L. 2005. Setiap Wanita. Jakarta: Delaprasta publishing.
Manuaba II DKK. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Bidan
Jakarta: EGC.
                       DKK2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetrik Ginekologi dan
                KB. Jakarta: EGC.
Ramadhani, A. 2010. Women’s Health, leaf   production.
Winaris, W. 2010. 100 Tanya Jawab Kesehatan   Untuk Remaja, Jogjakarta: Tunas
               Tublishing.
Norwitz, E. 2007. At a Glance Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:   Rineka Cipta.
                            S. 2007. Kesehatan Masyarakat Dan Ilmu Seni, Jakarta: Rineka Cipta.
                          S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Proverawati A, DKK. 2009, Menarche,  Jogjakarta: Nuha medika.
Prowirohardjo, S. 2005. Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono  Prowirohardjo.
                           S. 2007. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo.